Beranda | Artikel
Doa Bangun Tidur
Selasa, 17 Desember 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Doa Bangun Tidur adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 28 Rabbi’ul Awwal 1441 H / 25 November 2019 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Keutamaan Doa dan Dzikir

Kajian Islam Ilmiah Tentang Doa Bangun Tidur

Berkata penulis Rahimahullahu Ta’ala: “Doa yang dibaca tatkala seseorang terbangun dari tidurnya.”

Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Barangsiapa yang terbangun dimalam hari kemudian dia membaca sebuah doa yang berbunyi:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ،

“Tidak ada Ilah yang haq kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, tidak ada serikat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, bagiNya segala kerajaan dan segala pujian, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mampu atas segala sesuatu, segala puji hanya bagi Allah, Maha Suci Allah, Maha Besar Allah, tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Kata Nabi yang Mulia, siapa yang terbangun di malam hari dari tidurnya kemudian dia membaca doa di atas, kemudian dia meminta ampun kepada Allah mengatakan:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي. أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ

Allahummagh firli. Atau dia berdoa melainkan doanya pasti akan diijabah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tatkala dia berwudhu kemudian dia shalat, maka shalatnya akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Hadits dikeluarkan dari Al-Imam Al-Bukhari)

Perkataan (تَعَارَّ) dengan mentasyjidkan (ر) adalah terbangun di malam hari. Dikatakan makna yang lain artinya adalah berbicara dimalam hari. Dan dikatakan juga yakni dia terjaga dimalam hari. Dan sebagian para ulama mengatakan bahwa dia meregang dimalam hari baik dengan suara ataupun tidak dengan suara.

Penjelasan Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr

Makna perkataan Nabi:

مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ

“Siapa yang terbangun dimalam hari.” Baik dia meregang tatkala dia bangun, mengeluarkan suara ataupun tidak. Maka sesungguhnya hendaknya yang pertama kali dilakukan adalah bersegera untuk berdzikir mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta mensucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah hendaknya yang pertama kali dilakukan oleh seorang mukmin tatkala dia bangun di malam hari.

Makna perkataan:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Tidak ada Ilah yang haq melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, tidak ada serikat bagiNya, baginya seluruh kerajaan dan seluruh pujian, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

Kata beliau, kalimat di atas adalah merupakan kalimat tauhid yang dengannya tegak langit dan bumi, yang dengan kalimat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk-makhlukNya, yang dengan kalimat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan surga dan neraka.

Ahli kalimat tersebut, mereka adalah orang-orang akan berbahagia, yang akan mendapatkan kemenangan di dunia dan akhirat. Ahli tauhid adalah orang-orang akan mendapatkan kemenangan dunia dan akhirat.

Dan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tegak diatas kalimat tersebut. Maka kalimat Laa Ilaaha Illallah maknanya adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengikhlaskan agama hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

Dan kalimat tauhid tersebut dibangun diatas dua rukun. Yang pertama adalah penafian dan yang kedua adalah penetapan. Yaitu menafikan segala macam ibadah dari selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menetapkan peribadatan dengan seluruh maknanya hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

Maka perkataan (وحده) merupakan penekanan untuk rukun penetapan. Dan perkataan (لَا شَرِيكَ لَهُ) “Tidak ada serikat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala” merupakan bentuk penekanan dari rukun penafian. Dan ini termasuk bentuk perhatian syariat terhadap maqam Tauhidullah.

Kemudian makna sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala segala kerajaan, bagi Allah segala pujian dan Allah Maha Mampu atas segala sesuatu.” Ini merupakan dalil-dalil dari tauhid, dalil-dalil akan kewajibannya mengikhlaskan agama semata-mata hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Simak pembahasan selanjutnya pada menit ke-10:20

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Doa Bangun Tidur


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48017-doa-bangun-tidur/